Quantcast
Channel: Prestasi Mahasiswa – Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Viewing all 46 articles
Browse latest View live

Mahasiswa Teknik UMY Ciptakan Desain Alat Bantu Gerak Dari Exoskeleton

$
0
0

Satriawan Dini Hariyanto, Panji Prihandoko, dan Romario Aldrian Wicaksono​ bersama dosen pembimbingnya Tutik Sriyani, Ph.D dan Gunawan Setia Prihandana, Ph.D

Umumnya, orang yang mengalami gangguan gerak yang disebabkan kelainan atau struktur tulang yang bersifat bawaan, karena sakit atau akibat kecelakaan (tunadaksa), masih banyak yang menggunakan kursi roda atau kruk untuk membantunya berjalan. Cara kerja alat-alat tersebut pun masih banyak yang manual, dengan kata lain penggunanya masih harus mengeluarkan banyak tenaga untuk menggerakkannya. Berbeda halnya jika alat bantu gerak tersebut bisa digerakkan secara otomatis menggunakan tenaga motor yang berpenghantar listrik.

Berdasarkan hal itulah, tiga mahasiswa Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) angkatan 2012 membuat terobosan terbaru dengan mendesain alat bantu gerak bagi penderita tunadaksa. Alat bantu gerak yang didesain oleh mereka terinspirasi dari Exoskeleton, yang tidak lain merupakan alat yang biasa digunakan oleh militer. Akan tetapi, Satriawan Dini Hariyanto, Panji Prihandoko, dan Romario Aldrian Wicaksono menyulap alat tersebut menjadi alat bantu kesehatan.

Satriawan saat ditemui di Biro Humas UMY pada Rabu (22/10) mengatakan, alat bantu gerak yang mereka desain itu bernama MYX-0 (Muhammadiyah Yogyakarta Exoskeleton). Alat tersebut berbentuk kerangka luar tubuh manusia yang berpenggerak motor. “Exoskeleton itu sebenarnya alat untuk militer, tapi kami desain agar bisa digunakan untuk kesehatan. Bentuknya kerangka luar tubuh yang berpenggerak motor. Tapi kerangka yang kami buat khusus untuk kaki,” ungkapnya.

Kerangka luar tubuh tersebut, menurut Satriawan juga didesain dari mulai paha sampai betis. Dengan begitu, MYX-0 tersebut akan bisa menggantikan peran kursi roda dan krok. “Sebenarnya, kami mendesain alat ini karena sebelumnya juga sudah melakukan penelitian pada anak-anak difabel di SLB Difabel Bantul dan Komunitas Difabel di Yogyakarta. Dari mereka kami tahu kelemahan kursi roda dan kruk itu. Kemudian kami mencoba mendesain MYX-0 ini,” jelas Satriawan lagi.

Desain MYX-0 ini juga menjadi juara kelima pada even nasional Lomba Rancang Bangun Mesin IV 2014 dengan tema “Alat Bantu Kesehatan Bagi Penderita Cacat Fisik atau Difabel” yang diselenggarakan di Universitas Indonesia pada 15-16 Oktober 2014 yang lalu. Desain MYX-0 ini, masih menurut Satriawan, memiliki kelebihan dibanding kursi roda dan kruk, serta Exoskeleton itu sendiri.
“Kalau selama ini Exoskeleton itu sendiri memang bekerja secara otomatis. Tapi untuk desain Exoskeleton dalam MYX-0 ini kami buat agar dia bisa bekerja sesuai dengan keinginan penggunanya. Jadi pengguna punya akses penuh pada alat ini. Alat ini bisa digerakkan sesuai dengan kemauan dan kebutuhan penggunanya. Selain itu, penggunanya juga tidak mengeluarkan banyak energi untuk menggunakannya, karena kami juga mendesain controllernya,” imbuhnya.

Di sisi lain, Panji Prihandoko mengatakan, alat MYX-0 ini masih pada tahapan desain, belum dibuat dalam bentuk alat asli. Akan tetapi menurutnya, alat ini tetap punya potensi untuk dibuat bahkan diproduksi. Panji mengaku, ia dan teman satu tim serta dosen pembimbingnya akan mengajukan desain MYX-0 ini pada pihak universitas dan UCP (perusahaan pembuat alat-alat kesehatan) cabang Yogyakarta. “Kami sudah punya rencana untuk menawarkan desain ini ke universitas dan UCP yang ada di Jogja. UCP itu biasanya mereka membuat alat-alat kesehatan seperti kursi roda yang diberikan gratis ke SLB. Dan rencananya, kami juga akan menawarkan pada mereka, mudah-mudahan mereka bisa membantu dan membuatkannya,” urai Panji.

Selain itu, menurut Panji, karena desain MYX-0 tersebut sudah menjurai perlombaan yang diselenggarakan di UI, desain mereka pun kemudian diajukan untuk bisa mengikuti kompetisi serupa di tingkat ASEAN. “Kami masuk dalam 10 tim yang diajukan untuk ikut berkompetisi di tingkat ASEAN. Dan pengumuman untuk tim yang lolos tanggal 11 November nanti. Mudah-mudahan kami juga bisa lolos untuk kompetisi itu,” pungkasnya.


Ilmu Ekonomi UMY Juara LKTI, UMY Tuan Rumah Kongres IMEPI 2016

$
0
0

20141108_133017Permerintah baru diharapkan dapat meningkatkan ekonomi berbasis kesejahteraan masyarakat dengan mengajak dan mendampingi peran swasta dalam hal peningkatan sektor pangan. Solusi utama yang harus difokuskan adalah dengan meningkatkan sektor pangan yang terfokus pada sektor pertanian.

Inilah point utama yang disampaikan dalam Artikel Ilmiah karya mahasiswa Ilmu Ekonomi UMY, yang berhasil meraih Juara II pada Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) 2014. LKTI 2014 yang mengangkat tema “Menuju Indonesia Berdaulat Ekonomi” ini, diselenggarakan oleh Ikatan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Indonesia (IMEPI) dan bertempat di Universitas Negeri Surakarta Solo pada 9 November 2014.

Sementara, artikel ilmiah yang berjudul “Optimalisasi Peran Stakeholder Melalui Konsep Trickle Down Effect Menuju Kedaulatan Sektor Pangan” karya mahasiswa IE UMY ini, berbicara tentang konsep yang dapat memaksimalkan jumlah petani dengan lahan yang terbatas. Caranya yakni dengan membuat lahan yang berada di atas gedung atau yang sering disebut dengan Skyline. Artikel tersebut juga menjelaskan sekaligus memberi solusi mengenai rendahnya pemberdayaan sektor pertanian yang bertujuan untuk meningkatkan peningkatan ekonomi mandiri Indonesia.

Keberhasilan Artikel Ilmiah yang digagas oleh Fadli Yashari dan Triwahyuni mahasiswa Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) angkatan 2012, berpengaruh terhadap pemilihan tuan rumah Kongres IMEPI 2016. Alhasil UMY terpilih secara aklamasi dalam rapat pemilihan tuan rumah Kongres LKTI 2016.

Menurut Fadli, saat ditemui di program studi Ekonomi UMY, Selasa (11/11), mengatakan bahwa artikel yang berhasil meraih juara II dalam LKTI Nasional 2014 ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam membangun bangsa dengan gagasan tertulis. Sehingga karya ilmiahnya itu dapat ditindak lanjuti dengan disampaikan kepada pemerintah, serta diadakan penelitian lanjutan untuk mengukur tingkat efektifitas gagasan yang disampaikan oleh pihaknya.

“Kami sangat bangga dapat mengharumkan nama UMY. Namun, kami juga berharap bahwa gagasan tertulis ini tidak hanya diapresiasi oleh panitia, tapi lebih dari itu bisa ditindak lanjuti untuk disampaikan ke pemerintah demi membangun bangsa kita ke depan. Saya pribadi juga berharap nantinya bisa dilakukan penelitian lanjutan untuk mengukur tingkat efektifitas gagasan yang disampaikan dalam artikel ilmiah yang kami susun ini,” ungkap Fadli.

Selanjutnya Fadli menambahkan, selain berhasil menjadi juara II LKTI, dirinya juga mengungkapkan bahwa hal tersebut berpengaruh kepada kepercayaan dari forum anggota untuk memilih UMY menjadi Tuan Rumah IMEPI pada 2016 mendatang, sehingga UMY menjadi Universitas Swasta pertama yang menjadi Tuan Rumah dalam sejarah kongres tahunan IMEPI.

“Akibat dari penghargaan yang diraih oleh karya ilmiah, pada rapat pemilihan tuan rumah Kongres IMEPI 2016 pantia memilih UMY secara aklamasi dan memenangkan voting dalam pemungutan suara dalam pemilihan tuan rumah IMEPI 2016. Karena itu UMY terpilih menjadi universitas swasta pertama yang akan menyelenggarakan IMEPI pada 2016 mendatang,” imbuhnya. (Shidqi)

UMY Dulang Perak dan Perunggu Di Kejurnas Tae Kwon Do Antar Mahasiswa

$
0
0

IMG_5711Prestasi menggembirakan kembali diraih civitas akademika UMY. Kali ini datang dari Kejurnas Tae Kwon Do yang diselenggarakan Kemenpora RI di UNJ pada 5-10 November lalu. Dua orang mahasiswi UMY, Dian paramita S, mahasiswi Prodi Hubungan Internasional angkatan 2012 berhasil mendulang perunggu pada kelas -57 putri dan Wahyu Titis Dwirani dari Ilmu Komunikasi UMY angkatan 2014 menyabet medali perak di kelas -53 putri pada ajang tersebut.

Dian menuturkan, dirinya tetap merasa bangga meski tidak mendapatkan posisi pertama pada ajang tersebut. Lawan-lawan yang ia hadapi pada kejuaraan tersebut memiliki skill teknis yang bagus dan berasal dari berbagai penjuru di tanah air. Dian yang berlatih Tae Kwon Do sejak kelas 1 SMP dan kerap mengikuti kerjuaran tersebuat mengaku lawan-lawan yang ia saksikan itu sempat membuat dirinya merasa gugup.

Namun berkat kepercayaan diri, ketenangan, dan doa ia berhasil menunjukkan buah dari hasil latihan yang ia jalani selama ini. Selain itu ia juga bisa menerapkan berbagai instruksi yang diberikan pelatih di lapangan. Menurut pemegang sabuk merah strip dua itu, tanpa ketenangan mustahil apa yang ia pelajari di dojang dapat ia terapkan di lapangan.

“Kuncinya percaya diri dan tenang, kalau panik itu apa yang kita pelajari nggak akan keluar. Kalau kita tenang insyaallah bisa keluar. Awal-awal pasti deg-degan mikir kemana mana,” kata Dian mewakili reakannya saat ditemui di Biro Humas dan Protokol, Jum’at (14/11) pagi.

Selain itu ia mengatakan dukungan kampus pada dirinya dan reakan-rekannya sangat berarti. Kampus, lanjutnya, tidak membebankan untuk meraih juara tertentu, namun gelar juara yang bisa didapatkan hanya sebuah bonus dari apa yang mereka lombakan. “Kampus mendukung sekali, Wakil rektor tiga bilang, kita tidak diharuskan dapat juara yang pasti bisa ikut ke sana sudah bagus. Dapat emas atau perak hanya bonus dari apa yang kami lakukan,” sambung gadis yang ikut Tae Kwon Do karena mengikuti sepupunya itu.

Berbagai kerjuaraan telah ia ikuti tidak membuatnya puas, ia bertekad untuk terus berlatih Tae Kwon Do agar dapat terus meningkatkan prestasi. Bahkan ia igin menggeluti bela diri asal Korea itu sampai ia mampu untuk melatih. Pasalnya ia kadung jatuh cinta dengan nuansa kekaluargaan yang diciptakan pada latihannya. Selain itu ia merasa wanita juga penting untuk belajar bela diri.

Baginya belajar Tae Kwon Do memberikan berbagai manfaat seperti mengajarkan kedisiplinan dan mengajarinya melawan rasa takut. “Saya sudah suka saja sama Tae Kwon Do, nggak bisa meninggalkan, kita kayak keluarga. Bela diri itu penting, kita diajarkan buat menaati peraturan, diajari disiplin. Bela diri ini menantang, saya belajar melawan rasa takut sendiri. Kalau nendang kita juga harus siap ditendang,” tutur gadis kelahiran Sigli, 24 juli 1994 tersebut.​

3 Tahun Berdiri, Magister Keperawatan UMY Terakreditasi B

$
0
0
Dr. Achmad Nurmandi, M.Sc saat memberi keterangan mengenai Akreditasi Magister Keperawantan UMY.

Dr. Achmad Nurmandi, M.Sc saat memberi keterangan mengenai Akreditasi Magister Keperawantan UMY.

Magister Ilmu Keperawatan (M.Kep) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) patut berbangga dengan prestasi yang baru diraihnya. Pasalnya baru berdiri sejak 2011 lalu, M. Kep Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) sejak 7 Desember 2014 berhasil meraih akreditasi B. Akreditasi ini didapatkan diantara 9 Universitas yang memiliki Magister Keperawatan di Indonesia, dan UMY menjadi salah satu M.Kep yang sudah terakreditasi B.

Menurut Direktur Program Pascasarjana UMY Dr. Achmad Nurmandi, M.Sc mengungkapkan, melalui Surat Keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) No. 463/SK/BAN-PT/Akred/M/XII/2014, bahwa sejak 7 Desember 2014 M.Kep UMY sudah terakhreditasi B, dan akan berlaku hingga 7 Desember 2019.

“Melalui surat ini, M. Kep UMY sudah jelas terakreditasi oleh BAN-PT (sambil menunjukan SK BAN-PT). Sejak 7 Desember lalu M.Kep UMY resmi terakreditasi B diantara 9 Universitas yang punya magister keperawatan,” ujarnya, saat ditemui di Pascasarjana UMY, Kampus Terpadu UMY, Kamis (8/1).

Nurmandi juga menyebutkan magister keperawatan di Indonesia yang sudah terakreditasi, seperi UI terakreditasi A, UGM B, UNDIP B. “Sementara lainya seperti UNAIR, Brawijaya, UNPAD, Muhammadiyah Jakarta, dan Universitas Respati itu C. M.Kep UMY yang sudah meraih akreditasi B juga patut berbangga karena sekalipun dari swasta tapi bisa sejajar dengan universitas negeri seperti UGM, yang sudah lebih dulu terakreditasi,” ungkapnya.

Selain itu, Nurmandi menjelaskan M.Kep UMY mendapatkan Akreditasi B di usia yang masih sangat muda, yakni pada usianya yang ketiga. Hal ini dikarenakan M.Kep memiliki strategi peningkatan prestasi mahasiswa, peningkatan prasarana, dan juga publikasi ilmiah yang baik. Sehingga akreditasi M.Kep UMY pun bisa sejajar dengan kampus-kampus negeri yang telah lama memiliki Magister Keperawatan.

“Strategi yang kita bangun agar M.Kep UMY bisa dengan cepat terakreditasi B adalah dengan terus melakukan peningkatan pada prestasi mahasiswa, peningkatan prasarana, dan juga publikasi ilmiah yang terus kita lakukan. Sehingga akreditasi M.Kep UMY bisa sejajar dengan universitas negeri yang sudah lama punya Megister keperawatan” jelasnya.

Nurmandi pun kembali menambahkan, bahwa yang menjadi penilaian dari pihak BAN-PT meliputi visi misi dari prodi, tata kelola prodi, kegiatan kemahasiswaan, kurikulum yang diterapkan, sarana dan prasarana yang memadai, dan juga publikasi, sehingga prodi yang sudah terakreditas adalah prodi yang sudah memenuhi unsur-unsur tersebut.

“Penilaian yang dilakukan oleh BAN-PT itu adalah penilaian kepada beberapa elemen, yaitu visi-misi, tata kelola, kemahasiswaan, kurikulum, sarana dan prasarana, dan publikasi. Oleh karena itu kita terus berupaya semenjak setahun lalu untuk memenuhi semua unsur-unsur ini, sehingga kita bisa tarakreditasi B, seperti saat ini. Hal ini pun nyatanya berdampak pada peningkatan jumlah mahasiswa. Karena di tahun 2015 ini sudah ada 62 mahasiswa yang terdaftar sebagai mahasiswa Magister Keperawatan UMY. Padahal tahun lalu hanya 55 orang, ini merupakan salah satu dampak positif  dari akreditasi,” imbuhnya. (Shidqi)

 

Karya Ilmiah Penting Untuk Pengembangan Ilmu Pengetahuan

$
0
0
Pembina Tim PIMNAS UMY Sugito, S. IP., M. Si saat menyampaikan materi workshop Program Kreatifitas Mahasiswa di depan peserta workshop mahasiswa UMY.

Pembina Tim PIMNAS UMY Sugito, S. IP., M. Si saat menyampaikan materi workshop Program Kreatifitas Mahasiswa di depan peserta workshop mahasiswa UMY.

Pemikiran baru dan riset merupakan dua hal yang dapat memberikan kontribusi untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Banyak isu-isu yang bisa diangkat untuk dijadikan sebuah pemikiran baru dan pengembangan ilmu pengetahuan. Bentuk kontribusi ini pun bisa dilakukan dengan cara pembuatan karya ilmiah. Karya ilmiah inilah yang nantinya dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat mengenai pemikiran atau gagasan baru.

Namun, karya ilmiah ini bukan hanya dalam bidang science saja, tapi juga bisa dikembangkan dalam bidang sosial dan politik. “Sebenarnya karya ilmiah bukan hanya melulu pada bidang science saja, tetapi pada bidang sosial dan politik juga banyak isu-isu yang berkembang dan perlu diselesaikan, “ jelas Rahmawati Husein, MCP., Ph. D akademisi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) saat mengisi acara “Workshop Program Kreatifitas Mahasiswa-Karya Tulis hari Kamis (8/1) di Mini Theater Gedung D Lt. 4 UMY.  Acara ini merupakan sosialisasi dari Tim PIMNAS UMY untuk memberikan informasi terkait dengan PIMNAS 2015

Rahma melanjutkan bahwa isu-isu sosial politik yana bisa dijadikan sebuah karya ilmiah bisa dalam bidang Hubungan Internasional terkait masalah Tenaga Kerja Indonesia (TKI), yang hingga kini masih belum memiliki solusi konkrit. “Pada bidang Ilmu Komunikasi kita bisa meneliti terkait penggunaan komunikasi efektif. Sedangkan pada Ilmu Pemerintahan kita bisa mengambil fokus terkait dengan politik, karena sampai saat ini politik di Indonesia itu sangat labil setelah reformasi,” ujarnya.

Rahma juga menyampaikan bahwa maksud dari kontribusi pengembangan ilmu pengetahuan itu, sebenarnya meciptakan pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan sebelumnya dengan cara melakukan penelitian yang ekstensif dan inovatif. Selain itu juga, membuat penelitian baru yang belum pernah dikembangkan oleh orang lain dan kemudian di publikasikan. “Penemuan baru itulah yang kemudian dapat digunakan oleh masyarakat dalam menyelesaikan masalah dan memberikan solusi yang konkrit pada masalah-masalah yang sebelumnya belum terpecahkan,” ungkapnya.

Akan tetapi, menurut pakar kebencanaan ini, seorang peneliti yang akan menuliskan sebuah karya ilmiahnya harus tetap berpegang pada kaidah-kaidah penelitian yang telah ditentukan. Selain itu juga menyesuaikan dengan pengetahuan dan bidang yang digeluti oleh peneliti tersebut.  “Ada beberapa hal yang perlu diingat bahwa peneliti harus membuat penelitiannya sesuai dengan pengetahuan dan bidang yang digeluti. Sebab, ketika bidang itu sesuai maka ini akan meminimalisir kesulitan dalam pembuatan karya ilmiah. Meskipun ini juga tidak menutup kemungkinan bagi peneliti untuk mencoba bidang lain, tapi nantinya mungkin peneliti tersebut akan merasa kesulitan karena belum menguasai ilmunya,” ungkapnya.

Dosen Ilmu Pemerintahan UMY ini juga mengatakan, hal lain yang harus ditekankan dalam pembuatan karya ilmiah antara lain yaitu perlu banyak membaca jurnal ilmiah. Karena hal ini akan sangat membantu peneliti dalam menyusun karya ilmiahnya. “Peneliti itu perlu memperbanyak membaca literasi dan jurnal dalam membuat karya ilmiah atau penelitian, terlebih lagi jika yang melakukan penelitian itu mahasiswa. Sebab kelemahan mahasiswa yang terlihat sampai saat ini adalah kurangnya membaca literasi atau jurnal, padahal dengan membaca literasi atau jurnal kita akan mudah untuk mengasah kreativitas dalam mencari isu sosial dan politik yang seksi,” papar Rahmawati lagi.

Sementara itu, Dr. Hempri Suyatno, S.Sos., M.Si, Pembina PKM Universitas Gadjah Mada (UGM) yang turut menjadi narasumber dalam acara ini mengatakan, dalam pembuatan karya ilmiah juga perlu menyisipkan nilai-nilai edukasi dan ilmiah dan membaca buku panduan yang di berikan oleh Dikti. Sebab ini juga akan menjadi nilai plus, bagi mahasiswa atau peneliti yang ingin mengajukan penelitiannya kepada Dikti. “Yang paling penting diperhatikan agar karya ilmiah bisa diterima oleh dan lolos maka perlu menaati sistematika penulisan dan melengkapi administratif. Caranya dengan membaca buku panduan, sebab banyak tim yang tidak lolos karena administratifnya tidak lengkap,” jelasnya.

Adapun penelitian-penelitian yang dilombakan pada ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ini, seperti  Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Penelitian, PKMT (Penerapan Teknologi), PKMK (Kewirausahaan), PKMM (Pengabdian Masyarakat), PKM-KC (Karya Cipta), PKM-AI (Artikel Imiah), PKM-GT (Gagasan Tertulis). Dri PKM tersebut ada yang bisa lolos masuk PIMNAS ada yang tidak, seperti PKMP, PKMT, PKMK, PKMM, dan PKM-KC ini adalah PKM pokok yang akan terdaftar dalam PIMNAS, sedangkan untuk PKM-AI tidak bisa diloloskan dan untuk PKM-GT fifty-fifty. Artinya, bahwa PKM-GT ada dua kemungkinan ketika nilainya memenuhi standar maka akan diloloskan ke PIMNAS dan mendaptkan uang tunai dan bisa juga tidak diloloskan tapi tetap mendaptkan uang tunai sebesar 3 juta.

Ada perbedaan antara PKM-AI dan PKM-GT, PKM-AI adalah bahwa karya ilmiah mahasiswa ini berupa karya tulis atau artikel ilmiah yang mengacu pada kegiatan yang telah dilaksanakan, dalam penagjuan karya ilmiah ini dilakukan secara online. Sedangkan PKM-GT adalah bahwa karya ilmiah hanya berupa gagasana tanpa perlu di aplikasikan, jadi mahasiswa hanya membuat gagasan-gagasan baru untuk menyelesaikan masalah serta mengahsilakan solusi yang konkrit. “Bagi mahasiswa yang ingin membat karya ilmiah yang tanpa harus melakukan penelitian selama 6 bulan, bisa mengikuti PKM-AI atau PKM-GT, selain itu pembuatan karya ilmiah ini pun tidak memerlukan estimasi dana yang haus dibutuhkan dalam melakukan penelitian, “ jelas Sugito, S. IP., M. Si selaku Pembina Tim PIMNAS UMY.

 

Kulit Buah Naga Merah Bantu Perbaiki Imunitas​ Penderita HIV/ AIDS

$
0
0

Klub Naga Merah1

HIV AIDS hingga saat ini masih menjadi salah satu penyakit yang mematikan. Obat penawar untuk menyembuhkan penderitanya pun masih belum ditemukan. Untuk itu dibutuhkan suatu penemuan baru yang bisa bermanfaat bagi penderita HIV AIDS, agar mereka bisa sembuh.

Hal itulah yang kemudian mendorong mendorong Annisa Fitriani, Yunita Dwi Setyawati, dan Intan Hanifah. M untuk melakukan penelitian terkait dengan HIV Aids. Penelitian yang dilakukan oleh ketiga Mahasiswa Kedokteran Umum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini adalah dengan mengumpulkan dan mengkaji jurnal-jurnal yang terkait dengan HIV AIDS. “Akhirnya dari pengumpulan dan mengkaji jurnal tersebut kami sepakat untuk memanfaatkan kulit buah naga merah untuk dijadikan obat terapi herbal bagi pasien yang terkena HIV AIDS, “ jelas Annisa Fitriani saat ditemui pada hari Kamis (15/1) di Lobby Fakultas Kedokteran UMY.

Annisa melanjutkan bahwa sebenarnya, kulit buah naga merah ini jauh lebih bermanfaat dari pada daging itu sendiri. Menurutnya  kandungan positif yang ada pada kulit buah naga merah lebih banyak dibandingkan daging buahnya. “Menurut penelitian yang pernah dilakukan, bahwa kulit buah naga merah ini mengandung efek anti oksidan, anti bakteri, anti virus, dan anti mikroba. Karena seperti yang kita tahu, jika orang yang menderita penyakit HIV AIDS ini lama kelamaan sistem imun tubuhnya akan cepat turun. Jadi dibutuhkan obat atau vitamin yang juga bisa meningkatkan lagi sistem imun tubuhnya. Salah satu caranya ialah memanfaatkan kulit buah naga merah tersebut,” paparnya.

Untuk pengolahan kulit buah naga tersebut, Annisa dan kawan-kawannya memilih untuk menjadikannya sebagai teh. Alasannya, bahwa penduduk di Indonesia ini banyak yang mengkonsumsi teh, bahkan konsumsi teh ini sudah banyak dilakukan di Negara Asia dan Timur Tengah. Karena menurut penelitian,  negara-negara tersebut paling tinggi dalam mengkonsumsi teh.

“Ini yang akhirnya menjadi fokus kami untuk melakukan terapi herbal bagi penderita HIV AIDS dengan mengkonsumsi kulit buah naga merah dengan diolah menjadi teh. Ternyata, dari pengolahan tersebut sudah ada yang meneliti terkait dengan manfaat atau kandungan yang ada pada kulit buah naga merah yang dijadikan teh. Namun, dari penelitian tersebut hanya menjelaskan tentang manfaat dan kandungan dari teh kulit buah naga merah itu sendiri belum kepada suatu titik atau fokus tertentu, misalnya untuk melakukan terapi pada suatu penyakit, “ paparnya.

Akhirnya, Annisa dan kawan-kawannya memutuskan untuk menggunakan konsep sebagai terapi herbal kepada penderita HIV AIDS. Dengan dijadikannya kulit buah naga merah tersebut sebagai teh, tentunya memudahkan untuk dikonsumsi oleh setiap orang. “Ketika kita memberikan terapi ini kepada pasien penderita HIV AIDS, mereka akan merasa nyaman. Karena mereka akan menganggap sedang tidak mengkonsumsi obat,” ujarnya lagi.

Ada banyak keuntungan dari sistem terapi herbal ini, karena dalam mengkonsumsi teh ini tidak ada batas maksimal atau minimal. Sebab manfaatnya cenderung lebih umum tapi bisa dimanfaatkan untuk pasien penderita HIV AIDS. Selain itu terapi menggunakan teh kulit buah naga ini juga tidak mengandung kadar kafein. “Tidak ada batas maksimal atau minimal, jadi kami pun tidak menyalahkan jika orang sehat mengkonsumsi ini. Intinya, teh ini bisa dikonsumsi untuk di segala jenjang. Jika untuk dikonsumsi bagi penderita HIV AIDS, sebaiknya dikonsumsi setelah mengetahui kalau dirinya sudah positif terkena HIV Aids. Sehingga penggunaan terapi ini harus sebaik mungkin dan semaksimal mungkin, sebab terapi herbal ini hanya sebatas terapi komplementer,” tuturnya.

Terapi komplementer ini, lanjut Annisa, adalah terapi pendamping, artinya pasien HIV AIDS tetap harus mengkonsumsi obat yang sudah ditetapkan oleh pemerintah yaitu obat Anti Retro Viral (ARV). “Untuk proses pemakaiannya sendiri rencanya kita akan melakukan penyeimbang dosis, misalnya dosis ARV yang diberikan ke pasien akan dikurangi dosisnya kemudian teh herbal tersebut dinaikkan dosisnya, begitu pula sebaliknya. Dari situ kita dapat melihat terapi mana yang menimbulkan efek paling baik untuk pasien. Selain itu terapi teh herbal ini, kemungkinan bisa meminimalisir efek dari obat ARV tersebut yang menimbulkan mual muntah dan rambut rontok. Namun, sampai ke tahap tersebut masih harus ada penelitian lanjutan karena, kami hanya pada tahap kajian pustaka saja,” jelasnya.

Annisa pun mengakui, bahwa dalam melakukan penelitian ini, sebenarnya bukan untuk menghilangkan penyakit HIV AIDS itu sendiri. Karena mereka tahu bahwa sampai saat ini belum ada obat penawarnya. Tapi, mereka berpikir, ketika seseorang menderita HIV AIDS maka, secara tidak langsung pasien tersebut akan berproknosis jelek karena imunnya akan terus menerus menurun, dan untuk mencegahnya adalah dengan melakukan terapi teh ini. Karena, dengan mengonsumsi teh ini nantinya dapat mencegah infeksi oportunistik. Jadi dengan mengonsumsi teh kulit buah naga merah tersebut setidaknya dapat mereduksi infeksi oportunistik dan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.

“Jadi dari penelitian ini kami menarik kesimpulan bahwa kulit buah naga merah ini dapat menghambat aktivitas bakteri, virus, dan kuman yang ada dalam tubuh pasien yang suatu waktu akan menurunkan sistem imunnya. Meskipun belum pernah kami produksi atau kami buat, tapi kami menyimpulkan ini sesuai dengan manfaat dari kulit buah naga tersebut, yang dapat menghilangkan infeksi-infeksi yang ditimbulkan pada penyakit HIV AIDS, “ tegasnya.

Annisa beserta kedua temannya pun berharap masih akan ada penelitian lebih lanjut dan rinci mengenai teh herbal tersebut untuk dikonsumsi pasien HIV Aids. Apakah dengan memperbanyak mengkonsumsi teh herbal ini dapat mengurangi efek samping dari ARV atau tidak. “Sebagai dokter, di sini kita membantu untuk bisa meningkatkan kualitas hidupnya dengan cara meningkatkan imunnya. Jika kualitas dan harapan hidupnya meningkat, mereka tentunya bisa lebih percaya diri dalam melakukan hal yang bermanfaat, tidak mengurung diri, bisa bersosialisasi, dan yang lebih penting mereka tidak akan jijik dengan dirinya sendiri, “ jelasnya.

Adapun penelitian yang dilakukan oleh Annisa dan kedua temannya ini juga berhasil menyabet juara III pada IMSF (Islamic Medical Scientific Festival) di Unair yang berlangsung sejak 19-21 November 2014.

 

 

Broadcasting IK UMY Luncurkan Buku Bongkar Kebohongan Tayangan Televisi

$
0
0

 

Tim Penulis dan Fajar Junaedi (Penulis kata pengantar) buku Believe in Telievisi, saat peluncuran bukunya di Playground Cafe Yogyakarta.

Tim Penulis dan Fajar Junaedi (Penulis kata pengantar) buku Believe in Telievisi, saat peluncuran bukunya di Playground Cafe Yogyakarta.

 

Program televisi kini menjadi sebuah tontonan yang sangat menarik bagi manusia. Namun sayangnya, program televisi yang ada di Indonesia ini makin banyak melakukan pelanggaran. Seperti yang tertera pada Undang-Undang No.32 tahun 2002 tentang hukum penyiaran serta P3SPS (Pedoman, Perilaku, Penyiaran Standar Program Penyiaran) yang dibuat oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), tak menampik bahwa program televisi melanggar hukum regulasi atau etika yang ada. Ini yang menjadi sebuah perhatian lebih, khususnya pada isu tentang politisi di media televisi, kekerasan, seksualitas, dan persolan program televisi tentang hal mistik.

Demikian Fajar Juanedi. S. Sos,. M.Si saat diwawancarai hari Rabu (14/1) di kantor Biro Humas dan Protokol (BHP) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), terkait acara Launching Buku Mahasiswa Broadcasting Ilmu Komunikasi UMY 2012 yang berjudul “BeLieve in TeLievisi” (Membongkar Kebohongan Program Televisi) yang telah diadakan pada Sabtu malam (10/1) di Playground Cafe Yogyakarta. Dalam acara tersebut juga turut mengundang Filosa Gita Sukmono, S. Ikom, M.A selaku pembicara dari dosen IK UMY, Widodo Imam Kurniadi selaku pembicara dari MPM (Masyarakat Peduli Media), Galuh Ratnatika, dan Erwin Rasyid selaku penulis.

Penulisan buku yang melibatkan 49 Mahasiswa broadcasting Ilmu Komunikasi UMY 2012 ini, awalnya juga melakukan riset terkait dengan tayangan televisi dengan parameter etika dan regulasi yang ada. “Etika ini mencakup etika normatif dan etika deskriptif yang berkembang di masyarakat, misalnya pada etika normatif yang akan berbicara langsung tentang hukum penyiaran serta P3SPS,” ungkap Fajar.

Fajar menjelaskan bahwa Riset yang dilakukan adalah melakukan pegamatan pada tayangan atau program yang ada di televisi. “Dari tayangan itu kemudian dideskripsikan seperti apa tayangan tersebut, setelah dideskripsikan barulah ditentukan point-point dari regulasi dan etika apa saja yang dilanggar. Dari deskripsi dan point-point tersebut, kemudian akan dikaitkan dengan teori-teori komunikasi yang sudah dipelajari di kelas,” jelasnya.

Dalam penentuan tema besar ini, menurut Fajar, mahasiswa yang berperan penuh, sementara dosen hanya sebatas fasilitator bagi mahasiswa dalam berkarya. “Sehingga mahasiswa akan bekerja dengan kolektif dalam memberikan masukkan untuk temannya. Jadi ini adalah karya mahasiswa dan saya hanya memfasilitasi mahasiswa untuk terus berkarya. Selian itu proses pembuatan buku ini sudah berjalan selama 1 semester,” ungkapnya.

Fajar juga memaparkan, peran mahasiswa dalam mengkritisi media ini sangat penting, karena ini bisa menjadi sebuah karya yang nyata. “Penulisan buku ini juga bisa memberi peluang bagi mahasiswa untuk bisa berkontribusi dalam memberikan masukkan terkait dengan regulator untuk KPI atau KPID dan industti televisi. Jadi dalam konteks ini mahasiswa atau kampus bukan hanya sebagai menara gading saja, “ paparnya.

Fajar pun berharap buku ini bisa dijadikan portofolio mahasiswa agar terus berkarya dan punya modal untuk bersaing di dunia kerja. Selain itu juga bisa memberi peluang mahasiswa untuk menyampaikan idealismenya dalam membuat karya secara akademis bukan dengan demo. “Dengan karya ini mahasiswa juga dilatih untuk berenterpreneurship, di mana dalam menerbitkan sebuah buku mahasiswa memodali sendiri atau mencari sponsor, dan nanti hasil penjualan buku tersebut juga untuk mahasiswa itu sendiri,” imbuhnya.

Sementara itu, menurut salah seorang mahasiswa IK UMY, yang juga menjadi moderator dalam acara launching tersebut menjelaskan, dalam buku tersebut Mahasiswa Broadcasting IK UMY itu mencoba mengkritisi tayangan program yang ada di televisi. “Dalam buku ini, sang penulis mencoba mengkritisi tayangan program yang ada di televisi. Ada 4 isu atau tema besar yang diangkat dalam buku ini antara lain yaitu Kekerasan, Sekusualitas, Mistis, dan Netraliasasi Berita, “ jelasnya.

Naswan melanjutkan, dalam bab Kekerasan dibahas beberapa tayangan televisi yang memiliki intensitas tinggi dalam melakukan kekerasan baik verbal maupun non verbal. “Pada bab Seksualitas juga sama, yaitu melihat beberapa tayangan televisi yang memiliki intensitas tinggi dalam melakukan tindakan seksualitas baik verbal maupun non verbal.Pada bab Mistis, yang dibahas adalah program yang dikaitkan dengan ajaran agama Islam. Sedangkan pada Netralisasi berita mengungkapkan keberpihakaan media dalam mengemas berita tersbut dalam suatu peristiwa atau isu,” paparnya.

 

Syarat Menjadi Diplomat  Ialah Karakter yang Kuat

$
0
0
Muhammad Hery Saripudin, M.A saat menyampaikan kuliah umum dengan tema “How to be A Diplomat”

Muhammad Hery Saripudin, M.A saat menyampaikan kuliah umum dengan tema “How to be A Diplomat” di Ruang Sidang AR. Fachruddin A.

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (KEMENLU RI) kini hanya memiliki 1965 orang diplomat, jumlah tersebut dinilai kurang jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 253 juta. Oleh karena itu peluang untuk menjadi diplomat tinggi dan dibutuhkan calon diplomat yang tidak hanya mempunyai pengetahuan politik luar negeri namun juga memiliki karakter terbaik agar bisa memenuhi kebutuhan diplomasi Indonesia.

Hal itulah yang disampaikan oleh Muhammad Hery Saripudin, M.A Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika KEMENLU RI, saat menyampaikan kuliah umumnya dengan tema “How to be A Diplomat” dihadapan mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (HI-UMY) bertempat di Ruang Sidang AR. Fachruddin A UMY, Rabu (14/01).

“Memang jadi diplomat itu masih dinilai eksklusif ya di Indonesia, sebenarnya hal ini wajar, karena dipilih melalui seleksi yang cukup ketat dan dengan kriteria tertentu. Karena menjadi seorang diplomat dituntut punya kepribadian yang bisa digunakan untuk tugas-tugas diplomat, kalau di Indonesia  saat ini kita punya sekitar 1965 diplomat, ini masih kurang karena jumlah penduduk kita sekitar 253 juta, jadi saya katakan kepada anda diplomat masih dibutuhkan dan menurut pengalaman saya dipilih yang memiliki karakter terbaik, disinilah yang terpenting, hanya sebagian kecil yang memiliki hal ini” jelasnya.

Hery menjelaskan, bahwa calon diplomat yang lulus pada tahap kualifikasi bahasa asing dan wawasan ilmu politik luar negeri jumlahnya banyak, tapi yang lulus pada tahap wawancara jumlahnya sangat sedikit, karena menurut dirinya yang memiliki pengalaman 3 tahun menjadi penguji calon diplomat bahwa wawancara itu penilaiannya adalah karakter, orang yang memiliki karekater baik untuk menjadi seorang diplomat selama Hery menjadi penguji jumlahnya sangat sedikit.

“Selain bahasa dan ilmu pengetahuan politik luar negeri yang terpenting adalah karakter. Pengalaman saya menjadi penguji saat wawancara, saya jarang sekali menanyakan ilmu politik luar negeri, tapi yang saya tanyakan adalah tentang pribadinya atau hal-hal lain yang jauh dari ilmu politik luar negeri, karena disini saya menguji karakternya. Karakter itu adalah aset utama yang harus dimiliki oleh seorang diplomat, karena dia berhadapan sama banyak orang di berbagai belahan dunia,” ujarnya Hery yang pernah bertugas di Afrika selatan, Kanada dan Amerika Serikat.

Selain itu, Hery juga menjelaskan bahwa mahasiswa jika ada yang tertarik untuk menjadi diplomat, bisa untuk segera membekali diri dengan membaca dan memahami tugas dan tanggung jawab diplomat, menguasai teknik-teknik yang digunakan dalam berdiplomasi, seperti teknik komunikasi, psikologi, dan mampu membaca suasana dalam pengkondisian saat sedang berdiplomasi.

“Jika Anda tertarik untuk menjadi diplomat, mulai saat ini Anda masih punya waktu untuk membekali diri, misalnya dengan membaca dan memahami tugas dan tanggung jawab diplomat, menguasai teknik-teknik yang digunakan dalam berdiplomasi, teknik komunikasi, psikologi, dan harus mampu menguasai suasana dalam pengkondisian saat sedang berdiplomasi” imbuhnya.

Diakhir penyampaian kuliahnya, Hery mengutip ungkapan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyona yang mengatakan “Diplomat Indonesia harus memiliki rasa percaya diri yang tinggi, karena Indonesia masa kini kita percaya akan menuju masa depan yang baik”. (Shidqi)​

 


 161 Proposal PKM Didanai, UMY Peringkat 1 PTS Nasional​

$
0
0
Sugito, S.IP. M.Si saat memberikan keterangan terkait Proposal PKM UMY didanai sebanyak 161 Proposal oleh Dikti

Sugito, S.IP. M.Si saat memberikan keterangan terkait Proposal PKM UMY didanai sebanyak 161 Proposal oleh Dikti

 

Secara nasional terdapat 458 Perguruan Tinggi yang mengajukan proposal penelitian pada Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2014/2015 yang diselengarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) dengan total proposal sebanyak 31.692. Pada PKM periode 2014/2015 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) berhasil berada di peringkat 14 sebagai universitas yang terbanyak mengirimkan proposal dengan mengajukan sebanyak 510 proposal penelitian. Meskipun demikian, UMY berhasil menduduki peringkat pertama diantara Perguruan Tinggi Swasta (PTS) penerima dana hibah proposal yang didanai secara nasional.

Hal tersebut, diungkapkan oleh Kepala Pusat Pengembangan Kreativitas UMY, Sugito, S.IP., M.Si saat memberikan keterangan mengenai hasil Proposal PKM yang didanai oleh DIKTI, bertempat di Ruang LPKA UMY, Selasa (20/1). Menurut Sugito, bahwa dari total 510 proposal yang diajukan oleh UMY, UMY mendapatkan 161 proposal yang didanai oleh DIKTI, hal ini menempatkan UMY pada posisi ke-13 secara nasional sebagai Perguruan Tinggi yang proposal PKMnya didanai oleh DIKTI. Jika dibandingkan dengan tahun 2013/2014 hanya 113 proposal milik UMY yang didanai DIKTI, sehingga menurut Sugito ada kenaikan sebesar 42,5 % pada tahun 2015 ini.

“Ya, memang ada peningkatan sebesar 42,5 persen, tahun ini kita dapat 161 proposal yang didanai oleh DIKTI, tahun sebelumnya hanya 113 proposal yang didanai, sehingga ada peningkatan. Kita juga menjadi PTS yang pertama terbanyak mendapatkan porsi proposal yang didanai, dan ke-14 secara nasional PTS dan PTN yang didanai. Saya melihat hanya kita PTS yang didanai lebih dari seratus proposal diantara PTN maupun PTS, ini patut kita syukuri,”jelasnya.

Selain itu, Sugito menjelaskan bahwa kenaikan proposal atau proposal yang didanai, menunjukan bahwa semakin meningkatnya minat mahasiswa UMY dalam membuat proposal PKM. Hal ini juga diimbangi dengan semakin meningkatnya perhatian dosen untuk terlibat dalam penulisan proposal. Dirinya menjelaskan bahwa yang tidak kalah penting adalah kenaikan jumlah proposal yang mendapatkan dana hibah sebanyak 42,5 %, menunjukan bahwa kualitas proposal juga semakin meningkat.

“Ada kenaikan jumlah proposal yang kita kirim ataupun proposal yang didanai oleh dikti, hal ini menunjukan kepada kita semua bahwa ada peningkatan minat mahasiswa dalam mengerjakan proposal ini, tentunya pendampingan dari dosen juga semakin meningkat. Dan yang harus menjadi catatan kita adalah, kualitas proposal kita tahun ini juga semakin meningkat, itu dibuktikan dengan meningkatnya proposal kita yang didanai sebanyak 42,5 persen seperti yang saya katakan tadi” imbuhnya.

Sugito menambahkan, bahwa terkait pencapaian tersebut pihaknya akan lebih memperkuat pengelolaan PKM ditingkat fakultas, dan juga akan meningkatkan kualitas review proposal dengan meningkatkan kualifikasi pereview, yang nantinya pereview akan mereview proposal yang sesuai dengan disiplin ilmu pereview.

Dari 161 proposal PKM UMY yang didanai, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) adalah penerima paling banyak diantara fakultas lainya, yaitu sebanyak 50 proposal. Sedangkan terbanyak selanjutnya adalah Fakultas Teknik (FT) yaitu 25 proposal, diikuti oleh Fakultas Ekonomi (FE) 23 Proposal, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIPOL) 23 proposal, Fakultas Pertanian (FP) 18 proposal, Fakultas Hukum (FH) 15 proposal, Fakultas Pendidikan Bahasa (FPB) 7 proposal. Sehingga total 161 proposal. (Shidqi)​

Mahasiswa PBJ UMY Jadi Delegasi Ke Jepang

$
0
0
Ikhwanul Muslimin saat diwawancara  di Ka. Prodi Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Muhammadiyah Yogykarta

Ikhwanul Muslimin saat diwawancara di Ka. Prodi Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Muhammadiyah Yogykarta

Yayasan Japan International Coorperation Center kembali membuka peluang bagi para pemuda Indonesia untuk bisa berkunjung ke Jepang. Melalui progam JENESYS (Japan East Asia Network of Exchange Student and Youth) inilah para pemuda Indonesia  dapat berkunjung ke Jepang. Pelaksanaan program ini akan berlasung selama sepekan yaitu pada tanggal 26 Januari hingga 3 Februari 2014. Pada program ini mereka  juga mendapatkan kesempatan untuk bisa mengenalkan budaya Indonesia di hadapan pemuda dari negara lain. Dan salah satu pemuda yang berkesempatan menjadi delegasi dalam program ini adalah Ikhwanul Muslimin, yang saat ini tedaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Bahasa Jepang di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Untuk lolos menjadi delegasi dalam program JENESYS ini, sebenarnya bukan hal yang mudah bagi Ikhwanul. Ada beberapa seleksi yang harus dilakukan untuk bisa menapakkan kakinya di negeri sakura tersebut. Tes tertulis dan wawancara menjadi jalan untuk bisa mewujudkan keinginannya.

Pembimbing Ikhwanul, Sonda Sonjaya, S.S., M.Pd mengatakan, untuk bisa apply dalam program JENEYS, Ikhwanul terlebih dahulu harus mengikuti seleksi internal yang dilakukan secara khusus oleh prodi BPJ, karena para peminatnya yang cukup banyak. “Hal pertama yang harus dilakukan oleh peserta terlebih dahulu adalah tes tertulis dan wawancara. Untuk seleksi internal ini dimulai pada bulan  november, dan waktu itu sudah ada belasan peserta yang mengikuti tes tertulis, akhirnya pada tahap wawancara terpilihlah lima mahasiswa, “ jelasnya saat ditemui di ruang Prodi PBJ UMY, Kamis (22/01) .

Pada proses wawancara, lanjut Sonda, kelima mahasiswa tersebut di tes dengan menggunakan bahasa Jepang dan bahasa Inggris. Tes tersebut juga bukan hanya pada kemampuan bahasa saja tetapi juga pengetahuan budaya serta kemampuan diri untuk bisa mempromosikan negaranya dihadapan 48 peserta dari seluruh dunia. Dari seleksi wawancara tersebut akhirnya Ikhwanul yang mendapat kesempatan untuk apply ke JENESYS.

Adapun tujuan dari program ini adalah untuk mempererat silaturahim dan memperkenalkan budaya Jepang kepada para pemuda sebagai penopang generasi masa depan. “Sebenarnya tujuan utama dari program ini adalah ajang mempererat pemuda Jepang dengan pemuda di seluruh dunia. Selain itu adanya hubungan diplomasi agar lebih erat lagi, “ papar Sonda lagi.

Sementara itu, Ikhwanul menjelaskan kegiatan yang nantinya akan dilakukan pada program tersebut. Menurutnya, Sesampainya para peserta di Jepang, peserta harus mengikuti beberapa kegiatan yang disiapkan oleh panitia. Di tahun kedua ini JENESYS tahun ini mengusung tema “Japanese Language 13th Batch”. “Ada beberapa kegiatan yang akan dilakukan oleh peserta dalam program ini, antar lain adalah pertukaran budaya, pengetahuan mengenai kehidupan di Jepang, dan penggunaan bahasa Jepang. Sebab tema yang diusung tahun ini adalah tentang bahasa Jepang, “ kata Ikhwanul.

Bukan hanya itu saja, lanjut Ikhwanul, ada pula program rincian yang harus dikembangkan antara lain, melakukan kunjungan ke perusahaan Jepang, mempelajari sejarah dan budaya tradisional di Jepang, mengunjungi sekolah Kofu First High School, Hokuto High School, dan Yamanshi Gakuin University, homestay, dan workshop. “Kunjungan ke perusahaan Jepang ini akan diwakili oleh Strawberry Picking Experience sebagai industri lokal, sedangkan pada industri regionalnya, kami akan mengunjungi Suntory Tennensui Southem Alps Hakushu Factory,” ungkapnya.

Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut nantinya peserta akan dibagi menjadi dua kelompok yaitu group A dan grup B. Namun, sampai saat ini peserta memang belum dibagi, karena belum adanya koordinasi dari panitia. “Sampai saat ini belum ada koordinasi dari pihak panitia, tapi menurut informasi yang didapat untuk penentuan kelompok akan ditentukan setelah tiba di Jakarta nantinya, “ jelas Ikhwanul lagi.

Sementara untuk persiapannya sendiri, Ikhwanul mengakui bahwa persiapan yang saat ini dilakukan masih sebatas pada pakaian dan persiapan presentasi. Ikhwanul pun berencana akan mempresentasikan tentang budaya indonesia terkait dengan pakaian adat Jawa atau batik. “Rencananya nanti saya akan memperkenalkan budaya Indonesia dengan media pakaian adat Jawa atau batik. Karena saya merupakan orang asli Jawa, selain itu kenapa saya pilih batik karena saya asli pekalongan, dan pekalongan kan terkenal dengan batiknya, jadi saya pilih itu, “ jelasnya.

Ikhwanul berharap kesempatan ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik mungkin dan bisa mengasah kemampuannya dalam berbahasa Jepang. “Selain itu juga, saya berharap bisa lebih mengenali kebudayaan Jepang dan kehidupan asli orang Jepang. Apalagi ada program homestay, jadi bisa lebih mengenal gaya dan kehidupan orang Jepang,” imbuhnya.

 

​Tim Debat PSIK UMY Juara III Lomba English Debate National

$
0
0

IMG-20150309-WA0004Tim debat mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Keperawatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) berhasil meraih juara tiga dalam lomba English Debate National Nersvaganza ILMIKI 2015. Tim debat PSIK UMY yang beranggotakan Nurdina Wahyu Hidayati (angkatan 2012), Agustin Prihannisa Astiti (2011), dan Agus Gunadi (2012) ini juga berhasil menjadi satu-satunya Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang berada pada posisi tiga besar. Bahkan juga menjadi satu-satunya perguruan tinggi asal Jogja yang menjadi juara dalam gelaran lomba dua tahunan tersebut.

Lomba debat yang diselenggarakan oleh Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia (ILMIKI) ini merupakan lomba dua tahunan, yang diperuntukkan bagi mahasiswa Ilmu Keperawatan se-Indonesia. Pada lomba debat Nersvaganza 2015 yang diselenggarakan di Stikes Panakkukang, Makassar sejak 6 hingga 8 Maret 2015 ini tercatat tiga universitas yang menjadi juaranya, yakni Universitas Indonesia sebagai juara satu, Universitas Brawijaya sebagai juara kedua, dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) sebagai juara ketiganya.

Agus Gunadi, salah seorang personil tim debat PSIK UMY saat ditemui di Biro Humas UMY, Senin (9/3) mengaku senang dengan prestasi yang mereka raih dalam lomba debat ini. Pasalnya persiapan dan latihan yang mereka lakukan bisa dikatakan sangat singkat, yakni hanya dalam kurun waktu dua hari sebelum mereka berangkat ke Makassar. “Ini luar biasa, dan kami benar-benar tidak menyangka. Persiapan dan waktu latihan kami hanya dua hari saja. Karena salah seorang anggota kami, Agustin saat itu juga sedang mempersiapkan proposal LKTI untuk tugas akhir kuliah. Dan sebelum kami berangkat, Agustin juga harus melakukan sidang proposal. Sedangkan saya dan Nurdina juga disibukkan dengan kegiatan-kegiatan organisasi. Jadi persiapannya memang sangat singkat,” ungkapnya.

Selain itu, menurut Agus, hal yang menjadikan mereka bangga juga karena mereka melakukan latihan debat secara otodidak dan berdasarkan pada pengalaman mereka sebelum-sebelumnya. “Karena di jurusan kami belum ada pelatih yang ahli dalam bidang debat. Jadi kami berlatih debatnya sendiri dan berdasarkan pada pengalaman debat kami sebelum-sebelumnya. Karena kebetulan juga saya dan Agustin sudah pernah ikut debat sejak SMA, tapi hanya sampai tingkat provinsi. Sementara Nurdina baru punya pengalaman debat ketika masuk kuliah. Jadi modal latihan debat kami hanya dengan belajar sendiri dan belajar dari pengalaman,” ujarnya.

Sebelum masuk dalam tingkat nasional, Agus dan kedua temannya telah lebih dulu mengikuti lomba debat di tingkat Regional IV untuk daerah DIY dan Jateng. Setelah mereka dinyatakan lolos sebagai juara pertama di tingkat regional tersebut, barulah mereka ikut Lomba Debat Bahasa Inggris tingkat Nasional yang diadakan oleh ILMIKI. “Dalam lomba debat nasional Nersvaganza ini, kami melakukan pertandingan debat sebanyak lima kali. Pertandingan pertama melawan Stikes Surya Global Yogyakarta, kami menang. Pertandingan kedua melawan Universitas Brawijaya, kalah. Pada pertandingan ketiga saat melawan Universitas Sriwijaya kami menang. Kemudian dari ketiga pertandingan itu diakumulasikan dan kami berhasil masuk semifinal. Nah, di semifinal ini kami ketemu lagi dengan Universitas Brawijaya. Lalu karena kami kalah lagi melawan UB jadi kami harus melawan Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk memperebutkan juara ketiga. Dan, Alhamdulillah, kami berhasil mendapatkan juara ketiga,” jelas Agus lagi.

Agus juga mengatakan yang membuat timnya unggul dari UGM adalah karena mereka kuat pada poin analisa dan sumber. Menurutnya, saat mereka kalah melawan UB, juri lomba memberitahukan kekurangan mereka karena kurang mengaitkan kembali dengan masalah. Jadi, belajar dari kekurangan itulah mereka kemudian mencoba memperbaikinya saat melawan tim dari UGM. “Pada babak final saat berhadapan dengan UGM, tema debat yang kami dapatkan saat itu adalah This House Believe That (THBT) WHO Has Failed In The War Againt Ebola. Tim kami berada di posisi positif, dan kami memang banyak mengutip berbagai sumber saat berdebat dengan tim UGM. Dan juri mengatakan jika kekuatan kami saat menganalisa dan memberikan banyak sumber itu yang menjadi keunggulan kami dari tim UGM,” paparnya.

Agus pun berharap ke depannya, adik-adik angkatannya di PSIK UMY dapat belajar dari kekurangan mereka dan memperbaikinya, hingga mereka bisa juara pertama di tingkat nasional, bahkan internasional. Ia pun berharap agar mereka bisa mendapatkan pelatih debat yang profesional, agar mereka bisa belajar banyak dari pelatih tersebut dan mendapatkan pencerahan darinya. “Kami juga berharap, agar mahasiswa PSIK juga bisa belajar tentang debat. Karena memang kalau di PSIK itu sendiri lumayan susah mencari mahasiswa yang punya keinginan dan suka dengan debat. Karena itu, mulai tahun ini, kami dari tim MMSA (Muhammadiyah Medical Student Activites) UMY sudah mulai membuat English Debate Club, untuk menjaring mahasiswa PSIK yang suka dan ingin belajar tentang debat. Agar ke depannya saat ada lomba debat seperti ini, mereka sudah siap dan punya bekal cukup untuk menghadapinya,” pungkasnya. ​

Delegasi UMY Raih Penghargaan Di Harvard World Model United Nation 2015

$
0
0

11059449_10202734085032488_8022782336725445212_n

Prestasi membanggakan kembali ditorehkan oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Ahmad Jawwad (mahasiswa Hubungan Internasional 2011), Asep Suryana (HI 2012) dan Andi Amitya Resti Dwiyanti (Magister Politik dan Hubungan Internasional 2013) yang didaulat menjadi delegasi UMY di ajang internasional “24th Harvard World Model United Nation (WMUN) 2015” berhasil meraih penghargaan terbaik pada kategori Social Venture Challenge (SVC) Resolution Project.

Acara tahunan yang diselenggarakan oleh Harvard University ini mempertemukan delegasi mahasiswa dari seluruh universitas di dunia. Dan pada acara WMUN ke-24 yang dilaksanakan di Korea International Exhibition Center (INTEX), Seoul, Korea Selatan pada 16 hingga 20 Maret 2015 ini, ada dua kategori perlombaan yakni Social Venture Challenge (SCV) Resolution Project dan Simulasi Sidang PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Dari dua kategori perlombaan ini hanya ada tiga delegasi asal Indonesia yang meraih penghargaan terbaik, yakni delegasi UMY di posisi pertama pada kategori Social Venture Challenge (SVC) Resolution Project, disusul kemudian Djarum Foundation, dan Universitas Indonesia (UI) pada kategori Simulasi Sidang PBB.

Ahmad Jawwad, selaku ketua tim delegasi UMY, saat ditemui di Biro Humas UMY pada Selasa (14/4) mengatakan, Social Venture Challenge sendiri merupakan kategori kompetisi di mana para pemuda atau mahasiswa dari seluruh dunia, yang ikut pada ajang WMUN 2015 tersebut diharuskan untuk menyampaikan proyek-proyek sosial di negaranya masing-masing. Sementara proyek sosial yang diajukan Jawwad beserta temannya, yang berhasil meraih penghargaan dalam ajang ini berupa proyek “CancerCARE”.

“CancerCARE ini merupakan proyek kepedulian sosial. Dalam proyek ini kami ingin menambah pengetahuan dan menyadarkan masyarakat umum untuk lebih peduli pada penderita kanker, khususnya anak-anak. Karena kalau kita perhatikan, anak-anak penderita kanker itu tingkat sosialnya rendah dan minder. Untuk itulah kami mengajukan proyek ini,” jelasnya.

Jawwad juga mengaku sempat kaget dan tidak percaya karena timnya dinyatakan berhasil meraih penghargaan sebagai delegasi terbaik. Pasalnya, untuk bisa mengikuti ajang tersebut tidak mudah. Karena harus melewati beberapa tes seleksi. Di samping itu juga, setelah mereka dinyatakan maju ke babak semi final dan final, mereka diharuskan melakukan presentasi di hadapan juri serta delegasi dari universitas-universitas di dunia yang ikut pada ajang tersebut.

“Tidak mudah untuk bisa sampai ke sana. Selain karena adanya tantangan dengan berbagai seleksi itu, kami juga terhambat dengan masalah dana. Tapi syukur, Alhamdulillah kami bisa berangkat dan bisa meraih prestasi membanggakan ini. Ini juga sebagai bentuk kontribusi kami kepada UMY, karena telah berhasil membawa nama baik UMY di tingkat internasional,” ujar Jawwad yang juga Founder UMY Model United Nation Community ini lagi.

Hal senada pun disampaikan Asep Suryana. Menurutnya, sekalipun pesaing terberat mereka selama mengikuti perlombaan tersebut datang dari para mahasiswa yang merupakan penutur asli Bahasa Inggris (netive speaker), namun nyatanya ia beserta kedua temannya bisa pula bersaing dengan mereka.

Asep juga mengingatkan agar mahasiswa Indonesia tidak perlu merasa minder (kurang percaya diri) dengan kemampuan bahasa Inggris yang dimilikinya. “Selama kita bisa bicara dengan jelas, orang-orang akan mengerti. Buktinya, negara-negara seperti kita yang notabene masih terbata-bata menggunakan bahasa Inggris, karena bahasa Inggris yang tak lain merupakan bahasa asing bagi kita, tapi ternyata juga mampu menguasai persidangan dengan baik,” ungkapnya. Hal itu pun berdasarkan pengalaman yang ditemui oleh Asep ketika mengikuti WMUN 2015 dan mendapati jika mahasiswa yang berasal dari Universitas Indonesia (UI) juga mendapatkan penghargaan sebagai peserta terbaik pada kategori Simulasi Sidang PBB. (sakinah)

Sunshine Voice UMY Raih Medali Emas Paduan Suara Internasional

$
0
0
Tim PSM Sunshine Voice UMY di Festival Paduan Suara Internasional 8th Grand Prix Pattaya di Thailand.

Tim PSM Sunshine Voice UMY di Festival Paduan Suara Internasional 8th Grand Prix Pattaya di Thailand.

Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Sunshine Voice (SSV) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) berhasil membawa pulang medali emas dan medali perak dalam Festival Paduan Suara Internasional8th Grand Prix Pattaya di Thailand.

Ketua PSM SSV UMY, Marilda Azka Azzahra menjelaskan tim yang terdiri dari 33 singers tersebut mendapatkan medali emas untuk kategori Folklore Acapella dan medali perak untuk kategori mixed choir.

“Ini kali pertama paduan suara kami mengikuti ajang internasional, setelah sebelumnya hanya bertanding untuk festival paduan suara tingkat nasional,” jelas dia dalam pesan singkatnya, Minggu (26/7).

Mahasiswi Program Studi (Prodi) Hubungan Internasional tersebut membeberkan peserta Grand Prix Pattaya tahun ini berasal dari berbagai Negara di Asia Pasifik seperti Filipina, Thailand, Macau, dan juga peserta lain dari Indonesia.

Lebih lanjut perempuan yang akrab disapa Azka ini menyebutkan PSM SSV UMY membawakan lagu berjudulMatahari karya Erros Djarot yang diaransemen ulang oleh  Poedji Soesila dan I Remember yang dipopulerkan oleh grup band Mocca yang di aransemen oleh Ig. Wisnu Cahyadi untuk kategori Mixed Choir.

Kategori Folklore sendiri kami membawakan lagu dari Sunda yaitu Tokecang yang di aransemen oleh Yason Christy Pranowo dan lagu asal Banyuwangi, Luk Luk Lumbu aransemen Budi Susanto Yohanes,” ujarnya.

Sementara itu, Manager PSM SSV UMY, Amel mengatakan kerja keras tim paduan suara serta dukungan dari pihak universitas membuat kami yakin dan berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk Indonesia.

“Kami berlatih enam jam setiap hari dan menggunakan enam hari dalam seminggu untuk latihan. Meskipun demikian kami juga membangun komitmen bersama agar rasa jenuh tidak muncul ditengah-tengah latihan,” imbuhnya.

Dengan pencapaian tersebut, terang Amel, kedepan PSM SSV UMY harus bisa mengikuti ajang internasional lainnya yang tidak hanya diikuti oleh berbagai Negara di kawasan Asia Pasifik saja.

PSM UMY Raih Prestasi Internasional, Bukti Kampus Muda Mendunia

$
0
0

IMG_0379

Prestasi membanggakan kembali ditorehkan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Mahasiswa yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Sunshine Voice UMY, berhasil meraih penghargaan di tingkat internasional. Penghargaan yang diraihnya tersebut berupa medali emas dan medali perak dalam laga Festival Paduan Suara Internasional 8th Grand Pix Pattaya di Thailand, pada 21 hingga 25 Juli yang lalu. Tim yang terdiri dari 33 singers tersebut mendapatkan medali emas untuk kategori Folklore Acapella dan medali perak untuk kategori mixed choir. Prestasi ini pun semakin menjadi bukti untuk mewujudkan kampus yang Muda Mendunia.

Sebagaimana diungkapkan pengurus Pengembangan Minat dan Bakat mahasiswa, Lembaga Pengembangan Kemahasiswaan dan Alumni (LPKA) UMY, Sugito, S.IP., M.Si, saat ditemui pada Kamis (30/7) di kantor LPKA, AR. Fachruddin B UMY. Menurutnya, untuk mewujudkan UMY sebagai kampus yang Muda Mendunia, pihaknya selalu mendukung mahasiswa agar bisa berprestasi di kancah internasional. Selain itu, dukungan juga diberikan pada mahasiswa UMY agar mengikuti kompetisi internasional. “Universitas sangat mendukung mahasiswa yang akan berkompetisi di tingkat nasional maupun internasional, baik dari bidang akademik maupun non akademik. Dan salah satu prestasi yang baru saja diraih oleh mahasiswa kami, yakni medali emas dan perak pada Paduan Suara Internasional di Thailand beberapa waktu yang lalu,” ungkapnya.

Sugito yang juga turut serta mendampingi tim Sunshine Voice (SSV) UMY sebagai pembinanya pada 8th Grand Pix Pattaya tersebut kembali menuturkan bahwa berbagai dukungan diberikan pula pada tim SSV, mulai dari sebelum keberangkatan hingga saat perlombaan. Dukungan yang diberikan universitas tersebut tidak hanya dari segi finansial saja, melainkan juga dari segi pendampingan aktivitas persiapan mahasiswa dalam mengikuti kompetisi, pendampingan di lokasi perlombaan, hingga motivasi juga turut diberikan kepada mahasiswa yang akan mengikuti kompetisi.

“Berbagai pendampingan tersebut kami berikan sebagai pembina mahasiswa. Mulai dari pendampingan pendanaan, pendampingan dalam segala aktivitas mahasiswa baik itu dari segi persiapan lomba hingga pemberangkatan. Dan yang paling penting juga, kami terus memotivasi mahasiswa untuk tetap bersemangat dan berjuang dalam mengikuti kompetisi,” ujarnya.

Sugito juga menambahkan bahwa kampus merasa bangga dengan prestasi internasional yang telah diraih oleh PSM UMY ini. Sebab bukan hanya dapat membawa nama baik tim dan kampus UMY, tapi menurutnya mereka dapat membuktikan kerja keras yang telah mereka lakukan selama ini. Apalagi Sunshine Voice UMY baru pertama kalinya mengikuti ajang paduan suara internasional. “Sekalipun baru pertama kali mengikuti kompetisi paduan suara internasional, tapi mereka sudah dapat meraih prestasi gemilang. Inilah yang membuat kami bangga dengan prestasi mereka,” imbuhnya.

Hal senada juga disampaikan Marilda Azka, Ketua PSM SSV UMY, ada kebanggaan tersendiri bagi dirinya serta teman-teman satu timnya. Pasalnya, untuk meraih prestasi di tingkat internasional tersebut ternyata tidak sesulit mendapatkan juara di tingkat nasional, sekalipun baru pertama kalinya mereka mengikuti ajang internasional. Hal ini karena menurutnya, semua kategori perlombaan pada tingkat internasional tersebut mendapatkan apresiasi lebih dari jurinya. “Memang ada perbedaan antara kompetisi di tingkat nasional dengan internasional. Kalau tingkat internasional ternyata setiap kategori itu mendapatkan apresiasi. Sementara untuk tingkat nasional, selain karena pesertanya yang jauh lebih banyak, apresiasi untuk para pesertanya pun juga tidak sebanyak pada kompetisi internasional,” ungkapnya.

Mahasiswa Program Studi (prodi) Hubungan Internasional yang akrab disapa Azka ini juga mengatakan bahwa Grand Prix Pattaya tahun ini berasal dari berbagai Negara di Asia Pasifik seperti Filipina, Thailand, Macau, dan juga peserta lain dari Indonesia. Pada ajang ini, PSM SSV UMY membawakan lagu berjudul Matahari karya Erros Djarot yang diaransemen ulang oleh Poedji Soesila dan I Remember yang dipopulerkan oleh grup band Mocca yang di aransemen oleh Ig. Wisnu Cahyadi untuk kategori Mixed Choir. “Kategori Folklore sendiri kami membawakan lagu dari Sunda yaitu Tokecang yang di aransemen oleh Yason Christy Pranowo dan lagu asal Banyuwangi, Luk Luk Lumbu aransemen Budi Susanto Yohanes,” ujarnya.

Dengan pencapaian tersebut, Azka bersama teman-temannya berharap, ke depan PSM SSV UMY harus bisa mengikuti ajang internasional lainnya yang tidak hanya diikuti oleh berbagai Negara di kawasan Asia Pasifik saja.

Mahasiswa Komunikasi UMY Kembali Raih Penghargaan Film Terfavorit di Bandung

$
0
0

IMG-20150930-WA0015[1]Setelah sempat meraih penghargaan Film Terbaik Kategori Komedi di ajang Festival Taman Film Bandung pada bulan Mei lalu, mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) kembali meraih penghargaan Film Terfavorit dalam ajang Festival Film Moviestival, yang diselenggarakan oleh PT Pos Indonesia di Bandung, pada Minggu hingga Senin (27-28/9). Bertempat di Gedung Wahana Bakti Pos, film mahasiswa Ilmu Komunikasi UMY yang berjudul “Nilep”, berhasil ditetapkan sebagai Film Terfavorit oleh tim juri.

Seperti yang diungkapkan oleh Wahyu Agung Prasetyo ketika ditemui pada Rabu (30/9), selaku sutradara dalam film “Nilep”, film tersebut menceritakan tentang sekumpulan anak-anak yang sedang berdebat karena salah satu dari mereka ketahuan telah mencuri mainan. Hingga kemudian situasi berubah menjadi saling menyudutkan anak yang mencuri, dan saling menyalahkan, yang pada akhirnya anak yang mencuri mainan tersebut mengembalikan mainan yang dicurinya kepada penjual, dengan memanfaatkan jasa pengiriman pos. “Ide cerita yang kami ambil di sini yaitu ingin menggambarkan kepolosan anak-anak dalam berperilaku, namun dibalik kepolosan dan kenakalan anak-anak tersebut, masih ada sisi positif yang dapat diambil dari mereka, yaitu tentang kejujuran dan bertanggung jawab,” ungkapnya.

Ditambahkan Wahyu, film yang di sutradarainya tersebut berhasil mengalahkan 325 film lainnya yang turut berpartisipasi dalam acara tersebut. “Dari 325 karya yang didaftarkan, setelahnya di ambil 19 film, lalu kembali dikurasi hingga terpilihlah 4 film yang masuk nominasi, dan Alhamdulillah karya kami terpilih menjadi film tervaforit,” tambah Wahyu.

Film yang dibuat selama kurang lebih satu bulan tersebut, beranggotakan Ludy Oji, Elena Rosmeisara, Sarah Dwi Putri, Adska Dora, Fauzan Ridwan, Dela Amanda, Rizki Pratama, Egha M Harismina, dan Prasida Yogi tersebut sempat mengalami kendala, dikarenakan proses produksi pembuatan film tersebut berbarengan dengan deadline pengerjaan skripsi masing-masing anggota. “Kami sempat keteteran dalam membagi waktu, karena kami juga sedang dalam proses penggarapan skripsi, dan juga proses produksi yang terus berjalan, namun pada akhirnya kami bisa menyelesaikan film tersebut dengan hasil yang maksimal,” ucap Wahyu.

Sementara itu, berbagai penghargaan sebelumnya telah diraih oleh Wahyu dan kawan-kawan, yaitu terdiri dari Nominasi Film pendek terbaik Pekan Film Yogyakarta 2014, meraih Best Picture Winner Algorythem UGM 2014, Official Selection Psychofest 2014, Out of Competition XXI Short Film Festival 2015, Official Selection Malang Film Festival 2015, Ide Cerita Terbaik Festival Film Indie Lampung 2015, dan Film Terbaik Kategori Komedi di Festival Taman Film Bandung pada bulan Mei lalu. “Kami akan terus berkarya dalam pembuatan film-film, dan harapan kami nantinya dapat mengikuti dan menjadi pemenang dalam festival film internasional,” imbuh Wahyu lagi. (adam)


Magnetical Power Plant, Solusi Alternatif untuk Mengatasi Permasalahan Kelistrikan di Indonesia

$
0
0

8Pembangunan industri dan hunian di Indonesia diharapkan bisa menjadi salah satu upaya untuk mengembangkan negara dalam sektor pembangunan. Pembangunan yang dilakukan ini merupakan pembangunan berskala besar yang memungkinkan Indonesia dapat memenuhi kebutuhan penduduk sekaligus meningkatkan perindustrian. Di sisi lain, dengan bertambahnya wilayah hunian dan industri di Indonesia ini secara tidak langsung akan mengarah kepada kebutuhan listrik yang semakin meningkat. Dengan konsumsi listrik di Indonesia yang begitu besar, maka bahan bakar yang dibutuhkan akan ikut bertambah. Sementara itu, sebagian besar pembangkit yang digunakan di Indonesia merupakan pembangkit yang bahan bakarnya tidak dapat diperbaharui.

Dalam menanggulangi masalah ini pemadaman listrik secara bergilir untuk penghematan daya menjadi solusi efektif yang diberikan oleh pemerintah. Namun solusi ini dipandang kurang tepat dikarenakan bersifat merugikan konsumen terutama pada industri rumah tangga dan hunian. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah solusi yang dapat menciptakan energi listrik dalam skala besar namun membutuhkan bahan bakar yang relatif kecil. Prihatin atas kondisi tersebut, mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) membuat rancangan solusi alternatif untuk mengatasi permasalahan kelistrikan di Indonesia, dengan membuat rancangan Magnetical Power Plant. Hal tersebut sebagaimana diungkapkan Yugi Supanggah, salah satu penggagas rancangan Magnetical Power Plant ketika ditemui di BHP pada Jumat (2/10).

Magnetical Power Plant ini memanfaatkan hukum Effect Meissner. Effect meissner adalah efek yang ada dalam superkonduktor, yakni material yang memiliki resistansi nol pada suhu di bawah suhu kritisnya. “Konsep dari magnetical power plant ini adalah dengan menerapkan teori superkonduktor dalam menghasilkan energi mekanik sehingga dapat digunakan untuk memutar turbin. Dengan itu, tercipta energi listrik yang ramah lingkungan serta dapat mengurangi konsumsi bahan bakar fosil,” ungkapnya.

Ditambahkan Yugi, penambahan pembangkit listrik dengan sistem ini jauh lebih efektif dibandingkan dengan pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar fosil karena pembangkit ini tidak menggunakan bahan bakar fosil dan listrik yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia. “Magnetical power plant yang kami rancang ini memberikan pemahaman tentang perancangan mengenai pembangkit listrik yang menggunakan energi terbarukan, selain itu rancangan program ini juga memberikan solusi alternatif untuk mengatasi permasalahan kelistrikan Indonesia dengan lebih cepat, efektif, serta dalam skala besar,” tambahnya.

Sementara itu, Muhammad Adnan Syarief, salah satu anggota perancang magnetical power plant mengungkapkan, mekanisme kerja magnetical power plant itu sendiri terdiri dari manajemen pengelolaan dengan cara pembangkit ini nantinya akan ditempatkan pada titik-titik daerah yang mendukung. Daerah yang memiliki lahan luas dan daerah yang masih menggunakan PLTD dan PLTU (minyak dan batubara). “Kinerja dari Magnetical Power Plant ini dipantau langsung oleh bagian pemerintah yang berwenang. Sehingga, pembangkit ini akan terkontrol baik itu dari permasalahan teknis, kendala pengoperasian, kebutuhan masyarakat ataupun yang lainnya”, ungkapnya.

Ditambahkan Adnan, Prinsip kerja dari Magnetical Power Plant adalah dengan memanfaatkan gaya tarik menarik dan tolak menolak dari magnet superkonduktor. Ketika kutub selatan pada lintasan berpapasan dengan kutub selatan, maka akan terjadi gaya tolak menolak, begitu juga dengan kutub utara. Di waktu yang sama kutub utara dengan lintasan akan memiliki gaya tarik menarik dengan kutub selatan pemutar, sehingga pemutar akan bergerak maju. Pergerakan maju pada pemutar akan sesuai pada jalur lintasan yang telah dibuat sebelumnya. Pergerakan memutar ini yang akan dimanfaatkan untuk memutar turbin generator. Sehingga generator dapat menghasilkan energi listrik tanpa bahan bakar fosil. Kinerja pemutar akan efisien apabila resistansinya sama dengan nol. Untuk membuatnya, pemutar harus berada pada suhu kritis dengan memanfatkan nitrogen sebagai penurun suhu. “Magnetical Power Plant akan aman karena hanya menggunakan magnet permanen sebagai media untuk pembangkitan energi listrik. Sehingga akan sangat membantu pemerintah dalam menambah energi listrik dan mengurangi pemakaian bahan bakar fosil,” jelas Adnan.

Gagasan yang dibuat oleh Yugi Supanggah, Bismar Ahmad Wafiq, dan Muhammad Adnan Syarief akan dilombakan dalam ajang PIMNAS ke 28, yang akan diselenggarakan pada tanggal 5-9 Oktober di Universitas Halu Oleo, Kendari. “Kami sebelumnya telah berhasil lolos dalam Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) Gagasan Tertulis bidang Artikel Ilmiah, yang merupakan kompetisi mahasiswa yang diselenggarakan oleh dikti (direktorat perguruan tinggi), dan kami berhak mewakili UMY dalam ajang PIMNAS kali ini bersama 4 tim lainnya, dan kami optimis dapat meraih hasil yang terbaik dalam PIMNAS tahun ini,” ucap Adnan. (adam)

Mahasiswa UMY Manfaatkan Cangkang Keong dan Telur Sebagai Bahan Pangan Ternak

$
0
0

IMG_9873Tergerak untuk memanfaatkan limbah menjadi benda yang bermanfaat, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) memanfaatkan limbah cangkang keong dan juga cangkang telur sebagai bahan campuran untuk pakan ternak. Ide memanfaatkan limbah cangkang kedua hewan tersebut bermula karena banyaknya limbah cangkang keong dan telur yang tidak dimanfaatkan sehingga menimbulkan limbah di lingkungan masyarakat. Hal ini mendorong mahasiswa tersebut untuk memanfaatkan limbah tersebut menjadi sesuatu yang memiliki nilai tambah sebagai salah satu solusi untuk mengurangi limbah yang dapat mencemari lingkungan. Hal tersebut diungkapkan Juniar Anes Marliasiwi, mahasiswi jurusan Akutansi yang merupakan salah satu penggagas ide pemanfaatan limbah tersebut ketika ditemui di BHP pada Kamis (1/10).

Anes menjelaskan, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan timnya terkait manfaat kandungan dari cangkang keong dan cangkang telur, kedua bahan tersebut memiliki kandungan nutrisi yang baik untuk dikonsumsi oleh hewan ternak. Maka dengan memanfaatkan limbah tersebut, tercetuslah pembuatan produk pakan tambahan ternak bernutrisi tinggi yang diberi nama “CANGKELUR” (Cangkang Keong dan Cangkang Telur Sebagai Alternatif Pakan Tambahan Ternak bernutrisi Tinggi dan Murah). “Kalsium tinggi pada cangkang telur bahkan tidak bisa dipenuhi dari makanan ternak biasa. Maka dari itu cangkang telur sangat berguna bagi para peternak, dan makanan untuk nutrisi ternak sebenarnya sangat penting. Untuk ayam misalnya, saat ayam memproduksi telur butuh kalsium yang banyak, dan dengan tambahan olahan pakan ternak dengan bahan baku cangkang telur dan cangkang keong tersebut dapat menjadi salah satu solusinya,” ungkapnya.

Proses dari pengolahan cangkang keong dan cangkang telur itu sendiri terdiri dari berbagai tahapan, pertama, bahan baku tersebut dicuci bersih, lalu di jemur hingga kering. Lalu setelah bahan-bahan tersebut kering, kemudian dimasukkan ke dalam mesin penggiling yang akan menghasilkan serbuk-serbuk olahan cangkang tersebut, yang nantinya serbuk tersebut akan dicampur dengan dedak ataupun pakan ternak lainnya untuk pakan ternak. “Proses yang begitu mudah menjadikan kami semakin tertarik untuk mengembangkan produksi kami, karena sebelumnya kami hanya memproduksi jika terdapat pesanan dari peternak,” tambahnya.

Usaha yang dilakukan Anes dan kawan-kawan tersebut merupakan hasil dari pengajuan proposal PKM (Program Kreatifitas Kemahasiswaan) bidang Kewirausahaan yang telah mendapatkan dana hibah dari dikti (direktorat perguruan tinggi). “Ide usaha yang kami miliki mendapatkan dukungan dari dikti dengan memberikan dana hibah melalui ajuan proposal yang telah kami ajukan, dan membantu kami untuk mencoba usaha tersebut, “ tambahnya.

Kelompok PKM yang beranggotakan Jitya Ratu, J. Anes Marliasiwi, Fendi Adriansyah, dan Muhammad Kusuma Aji, yang keseluruhan merupakan mahasiswa jurusan Akutansi, tidak hanya berhasil sampai pada pendaan hibah dikti, kelompok PKM tersebut juga berhasil mewakili UMY dalam ajang PIMNAS ke 28 di Universitas Halu Oleo yang akan diselenggarakan pada tanggal 5-9 Oktober mendatang. “Alhamdulillah kami dapat mewakili UMY dalam ajang PIMNAS tahun ini, semoga dengan program pemanfaatan limbah cangkang keong dan telur untuk pakan ternak dapat membawa kami menjadi juara,” tutupnya. (adam)

Mahasiswa UMY Ciptakan Laundry Ramah Lingkungan

$
0
0

IMG_9854Di era busy lifestyle ini masyarakat cenderung menginginkan segala sesuatunya bisa dilakukan dengan praktis dan hemat waktu, termasuk salah satunya mencuci pakaian. Saat ini mencuci pakaian di laundry sudah menjadi trend dan menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Indonesia salah satunya mahasiswa. Namun apa yang dilakukan banyak pelaku usaha laundry belum menyentuh aspek pemeliharaan lingkungan dari mulai limbah deterjen yang menimbulkan pencemaran lingkungan, hingga packaging menggunakan plastik yang berarti menambah kuota sampah anorganik sulit terurai.

Dengan mempertimbangkan peluang bisnis jasa cuci pakaian yang kian prospektif, sekelompok mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang beranggotakan Hangga Agung Bramantyo, Merli Nur Atiqah, Al Hikmatu Layla Hasanah, Talitha Andwi Aswari, dan Bagus Triaji membuat usaha laundry “ECOLY” Ecotrash Laundry, sebagai laundry yang mengusung misi kepedulian terhadap lingkungan. Seperti diungkapkan Hangga ketika ditemui di BHP pada Senin (5/10), “Segala inovasi yang diterapkan dalam laundry ini memiliki andil nyata terhadap pemeliharaan lingkungan hidup, dari mulai deterjen ramah lingkungan dari sari lerak (Sapindus rarak) maupun inovasi-inovasi lain seperti packaging yang tidak menggunakan plastik namun laundry bag yang sifatnya reusable dan ramah lingkungan. Sekaligus inovasi pembayaran melalui gerakan menabung sampah (trash saving payment) bekerja sama dengan Bank Sampah yang menarik konsumen,” ungkapnya.

Ditambahkan Hangga, secara umum alur kerjasama trash saving payment yang akan dilakukan melibatkan Bank Sampah sebagai wadah untuk menerima sampah yang dihasilkan dari transaksi awal di laundry, yaitu dibuka sistem pembayaran loket cash dan pembayaran loket trash. “Singkatnya Bank Sampah berperan sebagai penadah, sementara kami adalah penyalur sampah dari masyarakat, manajemen pengolahan sampah sampai menjadi produk daur ulang diserahkan kepada Bank Sampah. Dan di sini yang perlu ditekankan bahwa usaha ini bukanlah usaha pengelolaan sampah, ini adalah usaha yang menghasilkan profit dari menabung sampah, keuntungan didapat dari akumulasi sampah konsumen yang kemudian kami alihkan ke Bank Sampah. Sementara pengelolaan sampah dilakukan oleh Bank Sampah sendiri,” tambahnya.

Sistem manajemen yang digunakan dalam sistem laundry ini sama dengan bank sampah, yaitu dengan cara menabung sampah. “Pelanggan yang datang kepada kami akan kami beri buku tabungan bank sampah, dimana nantinya saldo yang terkumpul dari hasil menabung sampah menjadi saldo yang digunakan mereka untuk mendapat jasa laundry. Jika jumlah cucian konsumen melebihi saldo yang tertera dalam buku tabungan maka akan dikenakan biaya tambahan,” jelasnya.

Hangga menurutkan, dengan diterapkannya program ini, laundry Ecoly dapat terus menjaga eksistensi dan melebarkan usaha dalam skala nasional mengingat potensi usaha tersebut dapat masuk dalam pasar waralaba Indonesia dan dapat direplikasi di hampir seluruh wilayah Indonesia. “Di sisi lain usaha ini merupakan perpanjangan tangan dari program edukasi pemerintah yaitu Bank Sampah. Semakin banyak usaha semacam ini maka semakin berkurang pula masalah sampah di Indonesia. Tidak hanya terbatas pada aspek lingkungan, program Bank Sampah juga mampu menggerakan roda ekonomi masyarakat bawah, sehingga diharapkan kesejahteraan dan juga edukasi masyarakat dapat terwujud. Program ini sekaligus diharapkan menjadi motivator agar muncul usaha-usaha lain yang bukan hanya berorientasi pada profit namun bagi keberlanjutan lingkungan dan manfaat sosial,” ucapnya.

Program laundry “ECOLY” ecotrash laundry ini sebelumnya merupakan program PKM-K (Kewirausahaan) yang telah mendapatkan dana hibah dari dikti (direkorat perguruan tinggi). Melalui inovasi laundry ramah lingkungan tersebut turut membawa Hangga dan kawan-kawannya ke ajang PIMNAS ke 28 di Universitas Halu Oleo yang akan diselenggarakan pada tanggal 5-9 Oktober 2015. (adam)

Delegasi UMY Raih Dua Penghargaan Best Delegates dalam Brawijaya International Model United Nations dan Satu Penghargaan di DCTM UGM

$
0
0

3(1)Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) kembali menorehkan prestasi dalam merealisasikan tagline Unggul dan Islami. Kali ini, dua penghargaan sebagai Best Delegate yang setara dengan juara 1 diraih oleh mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional UMY dalam Brawijaya International Model United Nations (BIMUN) pada Sabtu (3/10) di Universitas Brawijaya, Malang. Penghargaan tersebut diraih oleh Fitri Navisah Fauziah dan Asep Suryana yang merepresentasikan negara United Kingdom di bawah Council UNEP (United Nations Environment Programme) dan M. Rizal Saanun yang merepresentasikan negara Republik Indonesia dibawah Council UNICEF (United Nations Children’s Fund).

Dalam BIMUN kali ini, UMY Model United Nations Community mengirimkan sembilan delegasi untuk mewakili UMY. Fitri Navisah Fauziah menyampaikan, dari sembilan mahasiswa tersebut, delapan orang menjadi peserta, sedangkan satu orang lainnya menjadi Co-Chair sidang. “Kami tahu BIMUN ini dari Syaid Ali Rachman yang bertindak sebagai Co-Chair. BIMUN ini diadakan setiap tahunnya dalam rangkaian acara Festivice dan tahun lalu ia mengikuti BIMUN sendiri dan meraih Most Outstanding Delegate (Juara 2). Jadi tahun ini kami membawa delegasi berjumlah sembilan orang dari UMY,” paparnya.

Dalam sidang yang dilaksanakan hingga dua hari tersebut, para peserta diminta untuk merepresentasikan posisi negara masing-masing dalam membahas topik yang telah ditetapkan dalam Council tertentu. Setiap Council membahas topik berbeda, sesuai dengan mandat dari United Nations. Model United Nations berusaha mengajak dan mengajarkan mahasiswa bagaimana mewakili negara dalam Persidangan Bangsa-Bangsa guna mempertajam kemampuan bernegosiasi dan menyelesaikan masalah Global. Peserta dinilai dari bagaimana mereka mampu menciptakan solusi paling akomodatif (win-win solution), mempersatukan seluruh negara dalam persetujuan resolusi dalam bentuk Draft Resolution sebagai hasil dari dua hari sidang, dan peserta yang mampu memimpin dan memberikan debat subtantif dan diplomatis. Kemudian peserta yang memenuhi kriteria tersebut dianugrahi dengan Best Delegate (Juara 1). Sedangkan, delegasi UMY sendiri mampu meraih 2 Best Delegate di 2 Council yang berbeda.

Fitri yang juga selaku sekretaris UMY Model United Nations Community juga menyebutkan bahwa Komunitas MUN UMY tengah menggerakkan para mahasiswa untuk mempelajari MUN sejak masuk awal perkuliahan dari seluruh Fakultas. “Dahulu di UMY masih belum popular dengan MUN, oleh karena itu, UMY Model United Nations Community dibentuk juga dengan harapan memberikan ilmu kepada para mahasiswa khususnya mahasiswa baru untuk lebih paham apa itu MUN dan bagaimana cara melakukan sidang yang baik dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa,” jelasnya.

Selain meraih dua penghargaan sebagai Best Delegates di BIMUN Malang, perwakilan UMY juga meraih prestasi sebagai Best Delegate dalam European Council di DCTM UGM yang diraih oleh Tri Azmi Iskandar, mahasiswa HI angkatan 2014. Fitri menambahkan ia dan tim UMY lainnya mendapatkan banyak pelajaran dari MUN yang mereka ikuti. Salah satunya adalah mereka menjadi tahu praktik sidang yang dijalankan di United Nations serta meningkatkan wawasan yang luas dan menyelesaikan permasalahan Global. Selain itu, MUN tidak hanya diperuntukkan mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional saja, namun juga diperuntukkan mahasiswa jurusan lainnya. Sehingga sudut pandang para peserta dalam MUN dapat beragam sesuai dengan background masing-masing peserta. (Deansa)

Web-Kamera Berbasis Infra Merah Sebagai Pendeteksi Kanker Payudara Raih Penghargaan Best Article

$
0
0

1441267377939Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta kembali meraih prestasi dalam konferensi internasional bertemakan “International Conference of Medical Health and Science”. Kali ini tiga mahasiswa Pendidikan Dokter dan satu mahasiswa Teknik Elektro tersebut berhasil meraih penghargaan best article dalam presentasi di konferensi internasional yang berlangsung pada 1-4 September 2015, bertempat di ruang studi hall Asri Medical Center (AMC) UMY. Keempat mahasiswa tersebut adalah Ade Pajar Pirdianto, Yususf Susanto, Rizal Dwika Saputro dan Hendrian Ade.

Presentasi kelompok ini tentang “Potensi Web Kamera Inframerah sebagai Alat Pendeteksi Dini Munculnya Kanker Payudara.” Judul yang diusung merupakan hasil penelitian dari Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM). “Materi yang kami presentasikan merupakan hasil dari penelitian PKM yang telah dimulai sejak bulan Januari hingga Juni,” jelas Ade selaku perwakilan kelompok. Ia menjelaskan bahwa kelompok mereka mendapat hibah bantuan dari Kemenristek Dikti sebagai modal penelitian PKM. Namun sayangnya, kelompok mereka tidak dapat melanjutkan langkah menuju Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 2015.

“Namun kami tidak menyerah begitu saja. Kebetulan dengan ada konferensi internasional yang diselenggarakan bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan Tinggi (DIKTI) ini, kami berusaha kembali mengangkat hasil penelitian kami dan merangkumnya dalam bentuk presentasi,” tambah Ade. Hasil penelitian yang berhasil dibuat kelompoknya merupakan sebuah web kamera yang telah dilengkapi dengan fitur inframerah, yang tersambung dengan perangkat komputer untuk kemudian dapat mendeteksi gejala awal timbulnya kanker payudara.

Konferensi Internasional yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran UMY bekerja sama dengan menteri Pendidikan Tinggi ini berlangsung selama empat hari di Asri Medical Center (AMC), dengan diikuti oleh berbagai peserta dari Malaysia, Taiwan dan beberapa peserta dari Indonesia. Setelah berhasil mendapatkan piagam penghargaan dan juga sejumlah uang pembinaan, Ade dan teman-teman kelompoknya berharap dapat terus melanjutkan penelitiannya dan berharap mendapatkan bantuan hibah dana untuk mengembangkan penelitian hingga level internasional. (Deansa)

Viewing all 46 articles
Browse latest View live